Thursday, September 6, 2012

Cinta itu sederhana, hanya saja...

Tidak tahu mengapa aku ingin menulis tentang cinta saat ini, mungkin karena aku sedang jatuh cinta atau aku begitu cinta. Tidak ada bedanya bukan, cinta itu tidak akan pernah menjadi basi untuk dibicarakan. Dari sebelum aku lahir hingga usiaku yang hampir seperempat abad ini, cinta masih menempati deretan teratas tentang rasa dan asa.
Aku sering menemukan variasi cinta dalam banyak kisah, tentang betapa mudahnya orang jatuh cinta dan tanpa berpikir panjang langsung saja Ijab Qobul. Ada pula, yang sekian lama bertahan atas nama cinta namun tanpa kepastian akan bermuara kemana cintanya. Semua kisah cinta itu seakan memiliki dimensi lain yang membawa perasaan pemiliknya memilih, tentang hidup dan kematian. Cinta bukan hanya tentang perasaan dua anak manusia, cinta lebih luas maknanya dari itu. Namun aku ingin membicarakan tentang cinta dua jiwa dalam satu balutan rasa.
Aku bisa merasakan cinta itu, tapi aku tak pernah menemukan paduan kata yang tepat untuk melukiskan maknanya, aku tak bisa dengan lugas memberikan judul untuk setiap momen yang terjadi karena cinta. Bisa jadi karena aku tak pandai membagi rasaku, tak piawai menceritakan perasaanku hingga aku hanya mampu merasakan keindahannya.
Aku hanya memiliki kalimat sederhana untuk menjelaskan tentang cinta. Cinta itu sederhana, hanya saja tak sesederhana ketika rasanya membuncah laksana lahar dingin ledakan gunung. Cinta itu sederhana, hanya saja tak sesederhana kala perasaan memburu indahnya. Cinta itu sederhana, hanya saja tak sesederhana layaknya kuas yang menari di atas kanvas untuk menuliskan kisahnya. Cinta itu sederhana, hanya saja tak sesederhana jari-jariku menari dalam balutan keybord saat aku ingin menulis.
Ya, cinta itu sangat sederhana namun tak sesederhana ketika kita harus memilihnya.
Jika aku tanpa sengaja menyaksikan kisah cinta yang berjalan begitu saja, bertemu, saling menatap, berkenalan, lalu keduanya menjalin hubungan dengan indah, aku merasa itu hanyalah dongeng sebelum tidur yang pernah aku baca saat aku masih anak-anak.
Orang bilang bahwa kita akan menyadari dialah jodoh kita saat pertama kali kita melihatnya. Aku rasa kalimat itu kurang sempurna karena aku tak merasakan apapun saat bertemu dengannya sepuluh tahun yang lalu. Mungkin aku bisa menambahkan sedikit kalimat setelahnya, bahwa kita akan menyadari dialah jodoh kita saat kita berpikir dan merasa bahwa kita telah begitu lama menanti dan seakan kita telah lama mengenalnya, saat kita bertemu kembali dengannya dalam sebuah kisah cinta.
Kalimatku sedikit membingungkan bukan? Biarkan saja, aku hanya kesulitan menemukan penerjemah isi hatiku, bahwa tidak semua hal bisa diceritakan lewat kalimat.
Aku hanya ingin mengatakan satu hal, hanya aku sendiri yang tahu tentang perihal jodoh itu dan perasaan tentang itu tak mampu diungkapkan lewat apapun.
Sekali lagi, cinta itu memang sederhana, hanya saja semua tergantung kita, tetap memandangnya agar tetap nampak sederhana ataukah berjalan kearahnya, tentu saja dengan berjuta rasa yang aku katakan tadi, tidak semua hal bisa dikatakan, namun bisa dirasakan.

No comments:

Post a Comment