Monday, October 8, 2012

(tanpa judul)

Entahlah, apa yang ingin aku tuliskan hingga seakan tak mampu memulai kata. Aku hanya merasa seakan tindakanku salah atau justru tak pernah dijadikan hal yang benar. Rasa ini, aku yakin dengan segenap hatiku akan segera sirna seiring berjalannya waktu. Waktu, memang selalu tak memberikan banyak pilihan selain terus berjalan. Aku sendiri tak pernah memilih harus kemana dan bagaimana, aku hanya mencoba menuruti kata hatiku. Mungkin, sedikit banyak aku berbuat salah, kesalahan yang tak termaafkan. Namun, aku menyadari satu hal, semua hal butuh kejujuran. Sebuah tindakan yang banyak ditakuti orang, karena mereka menganggap bahwa jujur itu menyakitkan. Iya, aku mengerti akan hal itu, jujur itu memang menyakitkan. Tetapi, lebih menyakitkan mana daripada tidak berkata jujur?
Sebisa mungkin, kucoba menjaga perasaan orang lain sampai terkadang aku merasa muak dengan diriku sendiri. Aku tidak ingin orang lain tersakiti, namun aku juga tak bisa menahan diri dengan rasa tidak puasku atas tindakan orang lain. Baiklah, mungkin sebaiknya aku memilih diam dengan banyak alasan. Mungkin diamku akan membawa bahagia orang lain meskipun aku yang harus menahan rasa tak enak. Seringkali, rasa mengganjal dihatiku terluapkan ketika aku menangis. Rasanya sedikit lega, setidaknya tidak ada yang tahu bahwa aku sedang merasa tidak baik. Setidaknya pula, orang lain tidak melihatku terpuruk dengan rasa yang sungguh menggangguku.
Ini bukan tentang aku dan dirinya, ini tentang banyak hal. Aku hanya tak mengerti harus bertindak bagaimana, hanya agar aku bisa mengerti dia. Tentu saja, aku juga ingin dia mengertiku. Hanya saja, kami memiliki pemikiran yang berbeda.
Banyak pemikiran yang akhirnya membuatku memilih untuk mengalah dan berdiam, biarlah yang akan terjadi nanti. Aku hanya ingin diam tanpa sedikitpun mengeluarkan suara, dengan kelalahan yang tak pernah sirna.
Sebenarnya, aku tidak ada ide untuk menulis. Aku hanya ingin merasa lega karena mengeluarkan isi hatiku. Aku berharap dia yang berada jauh di sana bisa mengerti akan niatku yang tak sedikitpun ingin membuatnya terluka. Akupun sama, aku masih memiliki banyak kekurangan. Siapa yang akan peduli dengan kata-kataku ini? Aku rasa penjelasanku tak akan pernah bisa diterimanya, dia tak ingin membicarakan apapun denganku. Ya sudah, aku memilih diam saja. Semoga aku hanya bermimpi buruk dan bisa terbangun jika aku sedang tidur sekarang. Jika memang ini kenyataan, aku harus menghadapinya dengan senyuman. Aku yakin, semua ada saatnya, tak akan selamany begini. Layaknya dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan, keduanya memang tak pernah bisa bertemu, tetapi keduanya tak dapat dipisahkan begitu saja.
Omong kosongku, akankah ada yang mau membaca atau sekedar mampir menengok? Entahlah, biarkan saja semua seperti ini. Waktulah yang nantinya akan memberikan jawaban atas segala bentuk hal yang saat ini masih tertutup awan mendung.

Friday, September 21, 2012

Bagaimana Memulai Menulis Cerpen/Novel?

Ulasan kali ini masih berhubungan erat dengan tulisan saya yang sebelumnya, tentang tulis menulis yang begitu dahsyat. Sekali lagi, saya ingin mengatakan dengan lantang bahwa setiap orang dibekali bakat untuk mencurahkan isi hatinya lewat tulisan. Yang menjadi berbeda hanyalah porsi dari masing-masing orang, atau bahkan semangatnya dalam mengasah ide-ide dalam menulis. Bisa jadi bakatnya menulis hanya biasa-biasa saja namun dia berhasil menjadi penulis hebat, itu berarti karena dia mau terus mencoba dan memanfaatkan setiap peluang yang ada. Ditolak berkali-kali oleh Penerbit Mayor atau bahkan oleh media massa, dia pantang menyerah, perjuangan yang keras. Berbeda lagi jika tulisan-tulisannya bagus tetapi dia malas memanfaatkannya, maka bakat itu akan hilang dengan sendirinya ditelan waktu. Silahkan pilih, mau mencoba cara yang mana sobat?
Berikut ini adalah sedikit ilmu lagi yang ingin saya bagikan kepada anda semua. Saya menggunakan cara ini dalam menghasilkan sebuah tulisan.

1. Peta Konsep.
Dalam pelajaran Bahasa Indonesia, setiap kali akan memulai mengarang pasti kita diminta membuat kerangka karangan oleh bapak/ibu guru di sekolah dulu. Iya, Peta Konsep itu sama dengan kerangka karangan. Saya memilih ungkapan "Peta Konsep" hanya agar terlihat lebih wow, mimpi gila, ckckckck.
Ada banyak hal yang mengisi Peta Konsep, diantaranya adalah karakter atau watak dari suatu tokoh. Tentu saja itu point penting, setiap cerita pasti akan menceritakan sebuah tokoh, itu mutlak perlu. Lalu bagaimana dengan hal-hal lainnya? Seperti setting tempat atau waktu, konflik, amanat/pesan. Semuanya akan dengan sendirinya atau secara otomatis perlu digali agar cerita menjadi lebih hidup. Jika menulis cerpen, konflik yang terjadi hanya sederhana karena memang cerpen adalah sejenis cerita yang hanya berlangsung dalam satu babak dan tokoh utamanya tidak mengalami perubahan nasib seketika alias menggantung. Jadi tidak perlu berpikir terlalu luas, cukup simple tetapi mengena hati pembaca. Beda halnya dengan novel, konflik yang tercipta sangatlah kompleks dan pastinya diakhir cerita, sang tokoh utama akan mengalami perubahan nasib. Intinya, Peta Konsep adalah kunci penting dari pembuatan sebuah cerita, apapun bentuk dan temanya.

2. Tuliskan hal-hal yang memang anda ketahui.
Saya berikan sebuah contoh nyata, ketika kita ingin menceritakan tentang seorang dokter muda yang dikirim tugas di luar pulau terpencil. Anda sudah bisa membayangkan bukan tentang kendala-kenadalanya? Tentang semua hal yang serba terbatas di tempat terpencil. Lalu, apakah bisa langsung mulai menulis? Tunggu dulu sob, sabar dulu neng. Apakah anda sudah paham dengan benar tentang dunia medis yang akan anda ceritakan? Apakah anda tahu semua hal, bahkan tentang keadaan lingkungan di tempat terpencil itu? 
Untuk kali ini, saya tidak akan menyuruh anda menjadi sok tahu karena itu dosa besar dalam hal ilmu pengetahuan. Cari informasi dan data yang akurat mengenai semua hal yang ingin anda tuliskan itu. Jangan sampai tulisan anda mengandung opini publik bahwa anda "pengarang" dalam artian sok tahu. Tuliskan yang memang anda paham dan mengerti tentang tema itu, jangan asal dan mengganggap remeh. Jika memang merasa tidak yakin, jangan memaksakan diri kawan.

3. Mulailah dengan kalimat awal.
Jika dua hal di atas telah anda lalui dengan selamat dan berhasil, apakah semua sudah selesai? Belum kawan, masih ada hal yang tak kalah pentingnya, memulai menulis. Saat yang tepat untuk menulis adalah sekarang juga, detik ini juga setelah semua konsep dan ide tercetus. Jangan menunda dengan alasan mood (pengalaman pribadi bo, hehehe) karena mood itu bukan ditunggu, tetapi diciptakan. Jika anda sudah berhasil menulis kalimat awal, jangan lalu berhenti. Lanjutkan hingga akhir, semua pasti akan menjadi tulisan yang indah.

Nah, sekarang tunggu apa lagi? Selamat mencoba dan semoga karya anda adalah karya terbaik dari anda. Semangat!!!

Menemukan Ide Menulis, Siapa Takut?

Setiap orang pada dasarnya memiliki bakat dalam hal mengungkapkan sesuatu lewat tulisan, itu bakat alami. Hanya saja, terkadang sebagian dari mereka merasa malu sehingga membiarkan tulisan-tulisannya memenuhi catatan terakhir buku pelajaran atau bahkan usang dimakan usia dalam tumpukan kertas meja belajar.
Menulis, bukanlah sebuah hal yang sulit. Menulis hanya membetuhkan keberanian yang besar, dan tentunya rasa percaya diri yang tidak main-main.
Untuk memulai sebuah tulisan, hal yang paling utama adalah tentang tema atau ide cerita. Bagaimana bisa menulis jika masih bingung tentang apa yang mau ditulis bukan?
Mencari ide, termasuk syarat mutlak untuk menciptakan sebuah tulisan. Melalui ide semua kata bisa mengalir membentuk kalimat-kalimat indah hingga bisa dinikmati oleh pembaca.
Saya ingin berbagi sedikit pengalaman untuk mencari ide menulis, ini adalah pengalaman yang selama ini saya lakukan setiap kali ingin meulis. Oh iya, saya hampir lupa mengatakan kalau saya menggunakan tips ini ketika menulis cerpen, novel (masih dalam proses) atau bahkan curhatan isi hati saya, hehehe...

1. Gali ide menulis berdasarkan pengalaman pribadi.
Ini adalah hal termudah yang selalu saya gunakan, karena memang sangat simple. Setiap orang pasti memiliki pengalam hidup, entah senang, sedih ataupun rasa yang lain. Akan terasa lebih mudah jika menggambarkan perasaan yang ada dalam hati kita sendiri, karena rasanya pasti akan sangat kita kenal. Hingga terbentuklah tulisan yang benar-benar menggambarkan perasaan kita.

2. Mendengarkan cerita dari pengalaman orang lain.
Jika tips yang pertama belum berhasil, tidak ada salahnya mencoba yang satu ini. Apakah ada yang sering menjadi pendengar setia saat teman curhat? Entah lagi jatuh cinta atau patah hati, kebanyakan (cewek khususnya) pasti akan menceritakan perasaanya tersebut. Manfaatkan curhatan teman itu dengan menuliskannya dalam bentuk cerita seolah-olah kita yang mengalaminya.

3. Mengamati kejadian sederhana disekitar kita.
Khusus untuk tips yang ketiga ini, sedikit banyak kita menjadi sosok yang benar-benar sok tahu. Saya ambil satu contoh, tentang seorang tetangga yang dijauhi oleh seisi kampung karena sifatnya yang selalu ikut campur urusan orang lain. Ketika ada tetangga yang membeli mobil, dia akan selalu bergosip tentang hal-hal buruk. Dia mengatakan pada orang-orang bahwa uang untuk membeli mobil itu adalah uang haram hasil korupsi, dan lain sebagainya. Sebagai pengamat sekaligus penulis yang sok tahu, kita bisa menambahkan sedikit pesan. Bahwa bisa jadi sifat seperti itu timbul karena berasal dari lingkungan keluarga, atau memang sifat aslinya seperti itu (berdasarkan pengalaman bo, hehehehe).

4. Mengkhayal.
Ini tips yang menjadi panutan saya ketika tidak menemukan pengalaman yang cocok untuk diceritakan. Penulis adalah seorang pengkhayal sejati, itu pandangan saya. Karena seorang penulis memang selalu menghabiskan waktunya untuk berkhayal, tentang tokoh-tokoh rekaannya atau bahkan tentang ide cerita gila yang kadang tidak sesuai dengan nalar manusia. Itu semua wajah dan sah-sah saja, asalkan masih dalam konteks tidak berbau SARA.

Baiklah, cukup sekian sedikit ilmu yang bisa say bagikan. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa pada tips-tips selanjutnya. Semangat menulis kawan...!!!

Monday, September 10, 2012

"Aku dilamar..."

Aku ingin berteriak sekencang mungkin, benar-benar konyol untuk orang yang sudah hampir seperempat abad menginjak bumi. Itu karena aku terlalu bahagia hingga serasa lupa akan umur, mohon dimaafkan saja.
Pada tanggal 9 September kemarin tepatnya, statusku yang semula adalah seorang gadis belia milik orang tuaku, akan segera berganti hanya dalam hitungan bulan, hanya dua bulan mungkin. Kemarin aku dilamar oleh pangeran berkuda putihku, pangeran yang akan membawaku membangun masa depan bersama, pangeran impianku.
Masih boleh kan aku berbahagia? Tentu saja sah-sah saja, aku sama dengan anak gadis lainnya, yang menunggu momen-momen berharga seperti kemarin itu. Aku ingin sedikit pamer di sini, ini kan celotehku, aku bebas melakukan apapun...


Itu fotoku sesaat setelah aku selesai berdandan, aku berdandan sendiri, ini benar-benar aku yang mengarangnya, tanpa campur tangan siapapun. Mungkin karena desakan dari keluargaku, ada yang menyarankan ke salon, dan lain sebagainya. Karena aku ingin menyelamatkan diri dari rong-rongan mereka yang teramat sayang denganku, hasilnya aku nekad berdandan sendiri, hasilnya tidak terlalu buruk meskipun harus hapus gores berkali-kali, maklum masih newbie.





Dan setelah acara usai, aku masuk kamarku dan berfoto dengan seserahannya, mumpung masih "anget", belum ada yang sempet masuk dan minta foto karena sedang sibuk. Hanya aku yang mondar-mandir tanpa kerjaan, disuruh duduk dengan manis. Aku kan bukan putri Solo yang selalu menurut perintah, biarkan saja aku berjalan-jalan dengan santai, meskipun berdandan tetap jiwa "preman" ini tak lepas juga, malapetaka.
Jadi, semua indah, aku ingin pamerkan seserahannya satu per satu, terlalu sayang untuk segera dibongkar, hikz...














Thursday, September 6, 2012

Cinta itu sederhana, hanya saja...

Tidak tahu mengapa aku ingin menulis tentang cinta saat ini, mungkin karena aku sedang jatuh cinta atau aku begitu cinta. Tidak ada bedanya bukan, cinta itu tidak akan pernah menjadi basi untuk dibicarakan. Dari sebelum aku lahir hingga usiaku yang hampir seperempat abad ini, cinta masih menempati deretan teratas tentang rasa dan asa.
Aku sering menemukan variasi cinta dalam banyak kisah, tentang betapa mudahnya orang jatuh cinta dan tanpa berpikir panjang langsung saja Ijab Qobul. Ada pula, yang sekian lama bertahan atas nama cinta namun tanpa kepastian akan bermuara kemana cintanya. Semua kisah cinta itu seakan memiliki dimensi lain yang membawa perasaan pemiliknya memilih, tentang hidup dan kematian. Cinta bukan hanya tentang perasaan dua anak manusia, cinta lebih luas maknanya dari itu. Namun aku ingin membicarakan tentang cinta dua jiwa dalam satu balutan rasa.
Aku bisa merasakan cinta itu, tapi aku tak pernah menemukan paduan kata yang tepat untuk melukiskan maknanya, aku tak bisa dengan lugas memberikan judul untuk setiap momen yang terjadi karena cinta. Bisa jadi karena aku tak pandai membagi rasaku, tak piawai menceritakan perasaanku hingga aku hanya mampu merasakan keindahannya.
Aku hanya memiliki kalimat sederhana untuk menjelaskan tentang cinta. Cinta itu sederhana, hanya saja tak sesederhana ketika rasanya membuncah laksana lahar dingin ledakan gunung. Cinta itu sederhana, hanya saja tak sesederhana kala perasaan memburu indahnya. Cinta itu sederhana, hanya saja tak sesederhana layaknya kuas yang menari di atas kanvas untuk menuliskan kisahnya. Cinta itu sederhana, hanya saja tak sesederhana jari-jariku menari dalam balutan keybord saat aku ingin menulis.
Ya, cinta itu sangat sederhana namun tak sesederhana ketika kita harus memilihnya.
Jika aku tanpa sengaja menyaksikan kisah cinta yang berjalan begitu saja, bertemu, saling menatap, berkenalan, lalu keduanya menjalin hubungan dengan indah, aku merasa itu hanyalah dongeng sebelum tidur yang pernah aku baca saat aku masih anak-anak.
Orang bilang bahwa kita akan menyadari dialah jodoh kita saat pertama kali kita melihatnya. Aku rasa kalimat itu kurang sempurna karena aku tak merasakan apapun saat bertemu dengannya sepuluh tahun yang lalu. Mungkin aku bisa menambahkan sedikit kalimat setelahnya, bahwa kita akan menyadari dialah jodoh kita saat kita berpikir dan merasa bahwa kita telah begitu lama menanti dan seakan kita telah lama mengenalnya, saat kita bertemu kembali dengannya dalam sebuah kisah cinta.
Kalimatku sedikit membingungkan bukan? Biarkan saja, aku hanya kesulitan menemukan penerjemah isi hatiku, bahwa tidak semua hal bisa diceritakan lewat kalimat.
Aku hanya ingin mengatakan satu hal, hanya aku sendiri yang tahu tentang perihal jodoh itu dan perasaan tentang itu tak mampu diungkapkan lewat apapun.
Sekali lagi, cinta itu memang sederhana, hanya saja semua tergantung kita, tetap memandangnya agar tetap nampak sederhana ataukah berjalan kearahnya, tentu saja dengan berjuta rasa yang aku katakan tadi, tidak semua hal bisa dikatakan, namun bisa dirasakan.

(masih belum ada judul)

Kemana saja aku selama ini bersembunyi?
Entahlah, aku hanya sedang merasa nyaman dengan kesendirian yang amat setia menemaniku akhir-akhir ini hingga aku lupa bahwa aku sudah sangat lama menghilang.
Aku hanya sedang ingin belajar, teramat banyak yang ingin aku pelajari hingga aku tak pernah memulainya.
Aku juga ingin sekali menulis banyak hal, lagi-lagi karena teramat banyak rasa yang ingin aku tumpahkan dalam tulisanku hingga aku tak menemukan kalimat yang cantik.
Aku tidak pernah suka dengan posisi aman dan nyaman, karena aku yakin posisi itu akan sangat membuatku terlena hingga lupa dan diam dengan lama.
Apa ya yang sebenarnya sedang melanda hatiku?
Aku tahu, aku hanya sedang mengalami masa-masa yang kebanyakan orang juga mengalaminya. Masa-masa krisis kepercayaan diri, masa-masa merasa tak berharga, masa-masa cemas yang berlebihan.
Tulisan ini adalah salah satu cara yang aku lakukan, hanya agar aku bisa kembali pulang, hanya agar aku bisa kembali menemukan diriku yang sebelumnya aku tinggalkan.
Aku masih belum bisa menulis dengan banyak, karena aku masih membongkar sebuah kotak yang berisi kalimat-kalimat ajaibku.
Tadi sore aku membaca sebuah cerita dari seseorang, dia membuat sebuah tulisan khusus yang dipersembahkannya hanya untukku. Melalui tulisan itulah aku menemukan secerah jalan yang akan mampu membawaku kembali pulang.
Dialah yang akan menjadi sumber inspirasi dalam hidupku, selamanya...

Friday, August 3, 2012

Info Penerbitan Buku di Afsoh Publisher

Kabar Gembira!!!
Kini anda tak lagi pusing dengan biaya pernerbitan buku yang mahalnya selangit, Afsoh Publisher adalah solusinya.
Ada dua paket penawaran:
1. Paket Single seharga Rp 300.000,00 dengan fasilitas 1 buku bukti terbit, desain cover, isbn, lay out tata letak, cetak ukuran A5, serta gratis workshop menulis buku senilai Rp 250.000,00. Royalti sebesar 15 % dari harga penjualan.

2. Paket Rame-rame seharga Rp 500.000,00, bisa digunakan untuk lima orang penulis dalam satu buku dengan fasilitas 1 buku bukti terbit untuk masing-masing penulis, desain cover, isbn, lay out tata letak, cetak ukuran A5. Royalti sebesar 15 % dari harga penjualan.


Jadi, tunggu apa lagi? Mari berkarya dan terbitkan di Afsoh Publisher!!!
Berminat? Silahkan hubungi Dwi Ani Farida, ditunggu ya...
Salam keajaiban menulis!!!

Event Terbaru AFSOH PUBLISHER : Andai Aku Masuk Kick Andy & Tembus Rekor MURI

Salam Keajaiban Menulis,

Para Sahabat Afsoh Publisher [AP], sembari [AP] menyelesaikan buku ICMS dan buku Putus ver2,3,4 Plus Ide Kreatif nulis Buku.
AP mendapat inspirasi : Bagaimana bila kita nulis buku ramai-ramai dengan tema Andai aku masuk kick Andy dan Tembus Rekor Muri.

Format Tulisan : Times new roman, font 12, spasi 1,5  kertas A4, margin 3-3-3-3
Panjang Naskah 5 HalamanTerbuka Untuk UMUM, GRATIS .

Mohon Tulisan dikirim ke : infohb999@yahoo.com
Subject : AAMKA & TRM Tulisan dalam bentuk Lampiran (Attach file) Setelah judul tuliskan nama Anda, di akhir tulisan, Tuliskan biodata Anda, termasuk karya-karya ANda.

Ada pertanyaan : Tanya ke Afsoh Publisher, Annisa Nur Arofah

syaratnya hampir sama seperti menulis buku KTMS atau PUTUS. Bedanya adalah semua judul buku ini nantinya :

ANDAI AKU MASUK KICK ANDY DAN TEMBUS REKOR MURI

Semua naskah yang masuk akan dibukukan, bedanya adalah begitu dapat 150 halaman maka akan distop [dianggap sebagai deadline] dan dijadikan buku dengan judul Andai Aku Mauk Kick Andy & Tembus Rekor MURI jilid 1,

lalu naskah selanjutnya Andai Aku masuk kick Andy & Tembus Rekor MURI jilid 2 , dan seterusnya, event ini akan berhenti ketika sudah tidak ada lagi naskah yang masuk. Jadi buku ini akan menjadi buku tebal sebanyak pengirim naskah, dan berjilid-jilid.

Tambahan Syarat :
1. Bila dulu ngetag nya 20 Kawan FB, Maka sekarang minimal tag 27 Kawan,    boleh dipublish di blog

2. Peserta harap berteman dengan Afsoh Publisher dan gabung dengan Group AFSOH PUBLISHER


NB : Begitu buku Terbit, Bukti Terbit akan kita kirimkan kepada ANDY F NOYA [Manajemen Acara Kick Andy] dan akan kita kirimkan juga ke Pak Jaya Suprana [MURI]

Wednesday, August 1, 2012

Edisi Kangen Kampus

Hari Minggu kemarin, tepat tanggal 29 Juli 2012, aku memenuhi hasratku untuk melihat semua hal yang telah aku tinggalkan. Dalam hal ini, aku ada sebuah keperluan untuk menyampaikan pesan seorang kakak tingkat, singkat cerita aku sangat senang masih bisa menatap semua hal yang dulu pernah aku lalui di sana.
Sebenarnya tepat hari itu juga, sesampai di rumah, ingin aku langsung menuliskan betapa aku bahagia karena aku telah mampu mengobati rasa rinduku terhadap kampusku tercinta, MIPA Universitas Brawijaya Malang.
Namun karena sesuatu hal, aku baru bisa menorehkan kisahku malam ini, setelah sholat tarawih tentunya, moment yang hanya satu bulan dalam setahun, sangat langka menurutku.
Baiklah, aku ingin membagi kisah ini kepada semua orang yang pernah merasakan betapa bahagianya menjadi seorang pelajar yang hanya bertugas untuk belajar. Karena kini yang aku tahu, ujian kehidupan lebih rumit daripada ujian skripsi yang mampu membuat bergadang dan tak enak makan, aku pernah mengalaminya.


Gedung jurusan yang berdiri dengan kokohnya, seingatku saat aku menjadi maba pada tahun 2006, gedung ini baru selesai dibangun. Setelah enam tahun kemudian, banyak yang berubah, tentu saja berubah menjadi lebih baik. Ada tiga lantai di sana, sayangnya aku tak bisa masuk karena hari libur, pastilah dikunci.
Lantai pertama, berisikan kelas dan beberapa laboratorium komputer. Menginjak lantai dua, ruangan para dosen, betapa aku pernah seharian duduk di lorong-lorongnya hanya demi menunggu dosen, untuk skripsi. Aku ingat masa-masa itu, masa yang akan selalu aku rindukan karena aku tak akan mampu mengulangnya.
Lalu lantai tiga, itu merupakan aula, tempat wisuda. Aku pernah duduk pada barisan para wisudawan dan wisudawati satu tahun yang lalu. Dengan beban sakit kepala karena sejak shubuh sudah berdandan, lengkap berserta jilbab yang seakan mengikat leherku dengan ketat, sungguh tersiksa, aku rasa itu pengalaman yang menyenangkan karena tepat di depan gedung itu seseorang tengah menungguku, indahnya.



Ini hutan MIPA, dulunya tempat makan kami, tempat favorit saat masih maba. Lalu digusur begitu saja, berganti menjadi tempat parkir yang begitu lapang. Para penjualnya entah berpencar kemana, padahal makanan favoritku di sana adalah lalapan, ada cilok juga, benar-benar makanan yang enak bagi para mahasiswa berkatong tipis seperti aku, yang masih minta orang tua kala itu.



Itu pintu masuk Fakultas dari arah samping, banyak yang berubah, pagarnya semakin rapat saja. Dulu, saat pertama kali aku menjadi penghuninya, tidak seperti ini. Pagar-pagar itu baru berdiri dengan kokohnya sekitar satu tahun terakhir sebelum aku hengkang dari sana.
Seakan semua telah berganti masa, masa dimana mahasiswa bisa menginap di kampus pun semakin pudar. Aku termasuk beruntung karena pernah beberapa kali menginap untuk sebuah kegiatan teater, Teater Bothak Kampus. Seperti yang aku bilang tadi, semua telah berganti masa, termasuk organisasi kecintaanku itu. Pernah menjadi jaya di MIPA, itu kata beberapa alumni. Aku harap, aku mampu melihat kejayaan itu kembali meskipun aku sudah tak banyak berkiprah di dalamnya.
Fakultas ini ada dua lantai, aku bersama teman-teman yang lain tidak pernah melewatkan sesi foto-foto narsis saat menunggu dosen datang mengajar. Hingga mungkin album foto di kampus sangat mendominasi isi folder di laptopku.


Tempat berbagi contekan, gazebo MIPA. Tentu saja sepi, aku datang saat hari libur. Sudah bisa dibayangkan, jika sedang hari aktif kuliah, sangat sulit menemukan tempat duduk di sana. Tempat yang menyisahkan banyak kenangan, tentang canda dan tawa, tentang acara diskusi bahkan berbagi contekan, mahasiswa.
Hanya itu yang mampu aku ceritakan tentang kampusku, tempat yang sangat aku rindukan. Ingin aku mengulang hari-hari yang telah lewat, bangun dipagi buta, bergegas mengendarai motor menuju kampus. Berbicara saat dosen sedang mengajar di kelas, semuanya terasa baru kemarin.
Baiklah, semua memang ada masanya. Masaku menjadi mahasiswa telah usai, saatnya mengejar mimpi dan melanjutkan perjalanan hidup.
Ujian di bangku perkuliahan memang sangat memeras otak, namun ujian kehidupan mampu membawa kita pada sebuah pandangan hidup yang lain, bahwa kita berjalan maju.



Monday, July 30, 2012

Entahlah

Aku hanya sedang berhenti saat ini, berhenti dari segala hal yang seakan tidak membutuhkan diriku. Entahlah, aku benar-benar merasa lelah. Aku selalu hidup dengan beragam harapan, karena hanya harapan-harapan itulah yang membuatku berani menatap hari esok.
Lalu bagaimana jika aku telah kehilangan semua harapanku?
Aku menemukan pertanyaan itu semalam, namun hingga pagi ini tak juga menemukan jawabannya. Aku hanyalah seorang gadis manja yang seolah memimpikan banyak hal, hanya karena ingin tetap bertahan dengan banyaknya proses hidup.
Proses yang aku mulai dengan penuh perjuangan hanya demi menatap indahnya dunia, hanya demi menghirup oksigen yang diberikan cuma-cuma olehNya.
Aku telah sampai pada proses hidup yang lain, yang seakan memaksaku untuk menjadi lebih baik. Iya, aku telah melakukannya meskipun tidak bisa dikatakan berhasil.
Aku memiliki kapasitas yang terbatas, sungguh terbatas hingga aku merasa telah sampai pada batasku. Aku sebenarnya masih ingin bertahan, namun aku telah kehilangan keyakinanku untuk tetap bertahan.
Entahlah, aku mungkin memang harus berhenti sekarang. Aku ingin membiarkan hatiku menemukan ketenangan yang seakan telah lama menghilang itu.
Hanya biarkan aku berdiam sejenak, entah hanya untuk sementara atau akan berlangsung selamanya, karena yang aku tahu, semua ada masanya.



Seulas senyuman yang mampu membuatku berani melangkah sampai sejauh ini.

Friday, July 27, 2012

Sisi Lain Seekor KUCING

Pusing kepala membuatku berhenti menulis sejenak kemarin, itu karena antrian e-KTP di kecamatan yang serasa menguji kesabaran orang yang tengah berpuasa. Dari pukul setengah sembilan pagi hingga pukul setengah dua siang, melelahkan dan tentu saja menguras tenaga.
Sudah lupakan saja tentang hari kemarin, karena aku memiliki cerita unik untuk hari ini, tentang sesuatu.
Aku menyukainya sejak masih belum mengerti mengapa makhluk indah itu begitu menjadi makhluk kesayangan nabi Muhammad saw. Ayah yang menceritakannya dulu sekali, saat aku masih suka "ngompol", bahwa nabi Muhammad saw rela menggunting sajadahnya demi membiarkan makhluk itu tidur terlelap.
Lalu sering pula makhluk menjadi hal yang amat sangat berdosa jika kita tanpa sengaja telah melukainya bahkan membuatnya menutup mata. Akan mendapatkan kesialan, itu yang sering aku dengar kala itu.
Apakah makhluk itu?
Seekor kucing, aku menyebutnya hewan tercantik karena aku suka saat dia mengeong, menggeliat manja dan mengibaskan ekornya. Sungguh makhluk ini sangat cantik hingga aku seakan jatuh cinta padanya.
Pernah dulu, saat aku masih berada di bangku Sekolah Dasar, aku memiliki seekor. Kini dia telah tiada, aku sangat menyayanginya karena dia begitu patuh padaku. Saat aku sakit, dia dengan diam menungguiku di samping tempat tidurku. Saat aku berangkat ke sekolah, dia akan menunggu kepulanganku di depan rumah, untuk meminta makan. Seandainya milikku itu masih ada, pasti aku sangat bahagia.
Hari ini aku mengingatnya karena aku melihat sebuah pemandangn indah tentang makhluk yang bernama "kucing" itu. Sisi lain membuatku seakan takjub, betapa Allah membuat semua makhluknya dengan indah.



Beberapa malam terganggu dengan suara kucing ditengah malam, ternyata ada seekor kucing yang melahirkan tepat di atas atap kamarku.
Tadi siang, dua anak kucing itu diturunkan ayah karena atap rumah seakan runtuh jika mereka berkejar-kejaran.



Ibu dari kedua anak kucing itu mondar mandir di atap rumah, hanya sedang kebingungan mencari anaknya. Aku pun sama, mondar mandir mambawa kardus yang berisi dua anak kucing untuk menunjukkan pada kucing itu bahwa anaknya ada di bawah, "turunlah pus", itu yang aku teriakan padanya.
Ibu dan kedua anaknya saling bersahutan "meong", entahlah apa yang mereka bicarakan. Andaikan aku bisa bahasa kucing, lucu sekali.



Aku dan ayah tidak tega, hingga akhirnya membawa kardus itu dan meletakkannya di lantai atas. Aku mengintip dari sela-sela tangga rumah. Satu per satu kucing itu membawa anaknya, menuju ke suatu tempat. Pemandangan yang sungguh mengharukan, demi sebuah kelanjutan hidup, sebuah hukum alam. Ada alasan kenapa si ibu harus menyembunyikan anak-anaknya yang terlahir jantan, hanya karena agar tidak dimakan oleh ayahnya.
Jadi dengan berat hati, aku harus rela jika harus terbangun ditengah malam lagi karena bunyi "meong" sang kucing.
Cepat tumbuh dewasa ya anak-anak kucing, biar ibumu tak bingung lagi mencarikan tempat bersembunyi untukmu.


Monday, July 23, 2012

I Love U

Sejak semalam, ada sesuatu yang menggelitikku, sungguh, sesuatu yang aku anggap sebagai berkah dan anugerah. Bukan sebuah rahasia lagi jika memang aku terlahir sebagai sosok yang dominan dalam hal bicara, iya aku paling tidak tahan jika harus disuruh diam, sebuah paksaan yang menyakitkan.
Hingga akhirnya aku dipertemukan dengan seseorang yang sangat berbeda 180 derajat dengan kepribadianku. Dengan beragam karakter "diam" yang ada dalam dirinya, seolah membuatku terbawa dalam dunia baru, membawaku menyadari satu hal bahwa aku akan hidup bersamanya untuk menghabiskan sisa umur kami.
Kami menjalani hubungan LDR (Malang-Sumbawa), bukan hal baru lagi bukan? Sangat mungkin pula kami akan melanjutkannya menjadi LDM, kami pasti bisa melaluinya, pasti!
Kembali lagi pada sosoknya, entahlah, aku hanya merasa kali klop, seakan tutup dengan wadahnya. Tidak bisa ditukar karena sudah pas.
Lalu apa yang aku pusingkan?
Aku bukan pusing, aku hanya sedang berjuang untuk sebuah pemahaman serta kesabaran. Aku hanya terlalu naif hingga tak pernah menyadarinya, bahwa semua hubungan yang melibatkan dua jenis anak manusia yang berbeda karakter, latar belakang dan lingkungan tempat tumbuh pastilah penuh dengan perbedaan pula.
Sosok itu hanya terlalu dewasa dan sabar menurutku hingga terkadang aku seakan jatuh cinta kembali pada sosoknya. Iya, aku benar-benar dibuatnya jatuh cinta berkali-kali.
Lalu apa lagi yang masih kurang?
Tentu saja semua sudah lengkap dan komplit, sudah sangat bersyukur aku memilikinya. Meskipun dia bukan orang yang pandai berkata-kata, karena aku memiliki banyak kata-kata, jadi itu sudah cukup.
Lalu apa lagi yang membuatku membuat tulisan ini?
Itu karena semalam aku dibuatnya jatuh cinta kembali dengan sebuah kalimat ajaib. Jika dipikir mungkin aneh, namun inilah kenyataanya. Aku berkali-kali jatuh cinta padanya.
Ada sebuah hal yang sebenarnya menjadi sorotan khusus dalam pandanganku, dia bukan tipe pria romantis. Namun ketika dia mencoba mengungkapkan rasa sayangnya, seakan dia menjadi pria paling romantis yang pernah ada.
Dia juga bukan tipe pria penggombal yang suka merayu sana sini, namun ketika dia mulai memujiku, aku seakan melayang di udara.
Sebuah panggilan sayang yang akhir-akhir ini muncul diantara kami adalah "Baby", entahlah apa artinya, aku hanya merasa bahwa kami memiliki cinta yang hebat.
Ini sebuah gambar yang khusus dibuatnya untukku, aku menyukainya hingga ingin memamerkannya kepada semua orang. I Love U too babyyyyyyyy...



Sepasang Sepatu Cantik



Saat pertama kali mendengar kata “Wisuda” yang berada dalam benak saya hanyalah momen dimana saya telah melepas status mahasiswi menjadi pencari kerja. Entah begitu terobsesinya saya untuk segera menamatkan diri dari perguruan tinggi tempat saya menimba ilmu untuk beberapa tahun hingga hari kelulusanlah yang selalu saya bayangkan. Hari dimana saya menerima ijasah dan berjabat tangan dengan rektor secara langsung. Dan kebahagian tergambang dengan jelas ketika pengumuman hari wisuda telah terpampang dengan jelas di papan pengumuman akademik jurusan. “Good bye UAS, good bye lembur tugas, good bye quiz, good bye UTS jg, good bye dengan semua kepenatan kampus”, itulah yang selalu menari-nari dalam benak saya sembari menunggu hari yang penuh sejarah.
            Ketika persiapan untuk acara wisuda merupakan hal yang penting bagi sebagian wanita, saya mulai terusik. Bukan sebuah masalah jika saya nanti harus mengenakan kebaya lengkap dengan toga yang menandakan saya adalah wisudawati. Namun yang menjadi permasalahan adalah saat saya menengok deretan berjajar rak sepatu, sungguh ironis jika melihatnya karena yang terpampang di sana hanyalah sepatu jenis kets dengan segala atribut seorang pria. Saya terlahir sebagai wanita, benar-benar wanita asli jawa. Hanya saja saya tidak pernah menyadari bahwa menjadi wanita itu penuh dengan hal-hal yang ribet, seperti berdandan dan bersepatu High Heels. Pemandangan wanita bersepatu tersebut bukan hal asing karena saya sering menjumpainya ketika sedang berada di gazebo kampus. Tidak sedikit wanita yang berlalu lalang memakainya, mereka dosen, mahasiswi dan pegawai.
            Permalasahan ini semakin terasa momok dalam tidur malam saya karena saya merasa bingung, akankah saya mengenakan sepatu kets sambil lengkap mengenakan kebaya saat wisuda nanti? Dan saya tidak bisa tidur semalam penuh hanya untuk sekedar menemukan jawabannya.
            Tepat 3 hari menuju hari bersejarah itu, seorang teman mengajak saya hunting sepatu wisuda di sebuah Mall. Pada mulanya tentu saya sedikit malas, saya tidak terlalu menyukai kegiatan shopping namun entah mengapa saya menerima ajakan seorang teman tersebut untuk berbaur dengan ratusan orang yang mungkin sedang mencari sepatu juga, saya tidak terlalu memperhatikan.
            Sembari membuntut tepat di belakang teman yang sedang memilih model serta warna yang cocok untuk kebaya wisudanya, saya mengambil sepasang sepatu berwarna keemasan dengan ketinggian sekitar 5 cm. “Bagaimana jika saya memakainya? Mungkin langsung terjatuh saat berjalan, memalukan sekali!” Batin saya dalam hati. Namun teman saya memperhatikan saya yang tengah menatap sepasang sepatu cantik tersebut dan seakan mengetahui isi hati saya dia berkata, “Nanti kalau jalan pelan-pelan saja, kalau baru pertama kali memakainya pasti memang susah tapi kalau sudah terbiasa pasti ketagihan”. Ungkapan itu semacam sebuah pertanda yang mengisyaratkan bahwa saya harus membelinya dan memakainya dihari bersejarah itu.


            Dan tanpa saya sadari, sepasang sepatu berhak tinggi itu telah menjadi penghuni kamar saya yang baru. Saya sengaja tidak meletakkannya langsung pada rak sepatu yang berisi sepatu kets semasa saya kuliah karena sepatu itu terlalu cantik. Saya hanya bisa memandang dengan perasaan yang beranekaragam antara senang dan khawatir. Saya merasa senang karena untuk pertama kalinya saya memiliki sepasang sepatu cantik yang membuat saya tidak bosan memandangnya hingga terasa sayang untuk memakainya. Namun juga sedikit khawatir jika membayangkan bagaimana saya berjalan saat wisuda nanti? Apakah saya tidak akan terjatuh? Dan pertanyaan itu seakan terhalang oleh kekaguman akan kecantikannya yang memukai, dengan tali yang begitu manis. Sepatu itu terlihat sederhana namun menawan, tidak ada keramaian seperti bunga-bunga layaknya sepatu seorang putri, hanya tali yang tipis yang akan menutup mata kaki dan sebagian jari kaki.
            Begitu hari yang dinantikan telah tiba, dengan penuh semangat saya bangun pagi-pagi sekali, menyiapkan segala sesuatu yang harus saya kenakan dalam acara sakral itu. Saya begitu bersemangat mengenakan kebaya, begitu merasa bangga mengenakan toga dan merasa cantik saat mengenakan sepasang sepatu itu. Hingga tanpa saya sadari kekhawatiran tentang bagaimana jika saya jatuh saat mengenakan sepatu itu telah tergantikan dengan rasa bahagia. Saya mampu berjalan tanpa harus terjatuh meskipun dengan sangat pelan.
            Hari itu seakan berakhir dengan bahagia, tentang betapa usaha selama menempuh kuliah hingga mampu meraih gelar sarjana, semua terbayar mahal tepat dihari wisuda itu. Saat sampai di rumah, saat saya harus melepaskan sepatu cantik itu ada sebuah perasaan haru yang membuat saya menyesal telah membelinya. Bukan karena saya tidak menyukainya lagi setelah hari itu namun karena saya merasa sangat kasihan pada sepatu itu, mungkin saya tidak bisa mengenakannya kembali. Saya hanya merasa bingung harus memakainya kemana? Pada acara pernikahan? Ataukah pada acara-acara resmi? Saya hanya mampu menyimpannya dalam kardus dan menjajarkan dengan sepatu kets saya yang lain.
Setiap kali melewati rak sepatu, saya selalu berhenti dan membuka kardus putih yang mulai berdebu namun isi kardus itu masih sama, masih ada sepasang sepatu cantik yang setahun lalu menemani saya melenggang untuk menerima ijasah sekaligus bersalaman dengan rektor. Saya rasa saya akan memakainya kembali nanti pada saat saya mengenakan kebaya, mungkin pada saat saya menikah. Dan saya hanya akan selalu mengingat bahwa sepatu itu adalah sepatu pertama saya yang tercantik yang pernah saya miliki sepanjang usia saya.

Mimpi Gila



Bagaikan punguk yang merindukan bulan, begitulah sekiranya perumpamaan yang bisa saya gambarkan ketika memiliki berbagai angan-angan namun untuk mulai melangkah terasa berat kaki melangkah. Entah kegemaran saya sejak masih berada di bangku sekolah dasar yang memaksa saya untuk selalu membaca majalah Bobo, majalah anak-anak yang memuat berbagai gambar kartun di dalamnya. Beranjak ke bangku sekolah menengah pertama saya mulai beralih membaca novel roman picisan anak sekolahan yang penuh dengan tema cinta-cintaan. Berharap bisa memiliki selemari buku novel namun tidaklah demikian, uang saku saya tidak mampu membeli buku novel pada masa itu meskipun hanya satu buah saja. Alhasil adalah saya selalu menyisihkan uang saku untuk menyewa novel diperpustakaan sekolah maupun persewaan novel di luar sekolah. Meskipun demikian, kecintaan saya untuk membaca tidak pernah berkurang, malah semakin bertambah seiring banyaknya novel yang saya baca.
Pernah suatu ketika saya merasa ingin bercerita, anak perempuan berusia 13 tahun yang mulai berimajinasi tentang sebuah cerita. Itu sekitar 11 tahun yang lalu, saya tidak memiliki komputer ataupun laptop seperti sekarang. Dan saya menuangkan cerita saya itu dalam tarian pena pada halaman terakhir buku pelajaran saya. Entahlah saya hanya merasa ingin bisa merangkai kata demi kata layaknya penulis dalam novel-novel yang sering saya baca. Perpaduan bahasa yang indah dan sarat makna membuat saya terobsesi untuk bisa seperti mereka.
Beranjak menuju bangku sekolah menengah atas, obsesi tersebut seakan terkalahkan oleh lelahnya jadwal les di sekolah. Saya tidak pernah lupa impian untuk menulis namun saya hanya merasa terbatasi oleh waktu. Mungkin karena saya tidak terlalu pandai dalam memanfaatkan waktu. Tetapi satu hal yang tidak pernah berubah, kecintaan saya untuk membaca novel masih menggebu di dada. Novel yang saya baca telah berpindah dalam dunia percintaan anak remaja.
Hingga saya memasuki bangku perkuliahan, untuk pertama kalinya saya merasa bahagia karena apa yang saya butuhkan untuk sebuah mimpi itu telah ada di hadapan saya. Saya memiliki sebuah komputer dan tepat dihari pertama komputer itu menghiasi kamar saya, tepat dihari itu pula saya mulai menarikan jari-jari saya, mencoba menuangkan semua ide yang selama bertahun-tahun hanya memenuhi isi kepala saya.
Namun kembali lagi saya merasa impian itu semakin jauh, saya terlalu disibukkan dengan tugas kuliah hingga skripsi yang menguras energi serta tenaga. Saya berhenti menulis sejenak dengan harapan suatu hari nanti pasti akan ada waktu yang lebih panjang yang bisa saya miliki untuk sekedar duduk didepan layar komputer, untuk sekedar menarikan jari-jari saya merangkai kalimat demi kalimat.
Hal yang serupa masih sama terjadi ketika saya benar-benar memiliki begitu banyak waktu untuk menuangkan ide-ide dalam kepala saya. Saya ingin menerbitkan sebuah buku, sebuah cerita yang mampu menginspirasi, sebuah kisah nyata yang sarat makna dengan harapan memiliki kesempatan untuk diangkat ke layar lebar.
Mungkin saya memang orang yang beruntung, doa saya didengar dengan cepat. Entah lewat jalan yang bernama kebetulan atau memang takdir, saya memasuki forum menulis di media jejaring sosial bernama PNBB dengan cara yang misterius, saya berani mengirim pesan kepada pendirinya yaitu pak Heri Cahyo untuk segera mengkonfirmasi permintaan saya menjadi anggota. Sebagai anggota baru pastilah masih penuh dengan berbagai tanda tanya besar hingga sempat pula saya meninggalkan grup itu untuk sementara. Sampai suatu ketika seorang anggota grup itu telah membuat saya merasa iri, kami berteman hanya lewat media jejaring sosial dan pesan singkat di handphone namun terasa kami sudah sangat lama saling mengenal. Dia adalah Vina N Istigfarini, dia telah berhasil menerbitkan buku lewat grup tersebut. Dan saya kembali teringat mimpi saya terdahulu dan berlari secepat yang saya mampu untuk memulainya.
Saya ingin mimpi konyol yang kebanyakan orang hanya akan mencibir itu menjadi sebuah kenyataan. Saya hanya akan menulis untuk sebuah cita-cita yang sempat tertunda karena saya tidak pernah bergerak kearahnya. Dan kini saya hanya akan mendekat sedekat yang saya mampu untuk sekedar meraih mimpi gila saya.
Malang, 17 Mei 2012.