Monday, July 23, 2012

Mimpi Gila



Bagaikan punguk yang merindukan bulan, begitulah sekiranya perumpamaan yang bisa saya gambarkan ketika memiliki berbagai angan-angan namun untuk mulai melangkah terasa berat kaki melangkah. Entah kegemaran saya sejak masih berada di bangku sekolah dasar yang memaksa saya untuk selalu membaca majalah Bobo, majalah anak-anak yang memuat berbagai gambar kartun di dalamnya. Beranjak ke bangku sekolah menengah pertama saya mulai beralih membaca novel roman picisan anak sekolahan yang penuh dengan tema cinta-cintaan. Berharap bisa memiliki selemari buku novel namun tidaklah demikian, uang saku saya tidak mampu membeli buku novel pada masa itu meskipun hanya satu buah saja. Alhasil adalah saya selalu menyisihkan uang saku untuk menyewa novel diperpustakaan sekolah maupun persewaan novel di luar sekolah. Meskipun demikian, kecintaan saya untuk membaca tidak pernah berkurang, malah semakin bertambah seiring banyaknya novel yang saya baca.
Pernah suatu ketika saya merasa ingin bercerita, anak perempuan berusia 13 tahun yang mulai berimajinasi tentang sebuah cerita. Itu sekitar 11 tahun yang lalu, saya tidak memiliki komputer ataupun laptop seperti sekarang. Dan saya menuangkan cerita saya itu dalam tarian pena pada halaman terakhir buku pelajaran saya. Entahlah saya hanya merasa ingin bisa merangkai kata demi kata layaknya penulis dalam novel-novel yang sering saya baca. Perpaduan bahasa yang indah dan sarat makna membuat saya terobsesi untuk bisa seperti mereka.
Beranjak menuju bangku sekolah menengah atas, obsesi tersebut seakan terkalahkan oleh lelahnya jadwal les di sekolah. Saya tidak pernah lupa impian untuk menulis namun saya hanya merasa terbatasi oleh waktu. Mungkin karena saya tidak terlalu pandai dalam memanfaatkan waktu. Tetapi satu hal yang tidak pernah berubah, kecintaan saya untuk membaca novel masih menggebu di dada. Novel yang saya baca telah berpindah dalam dunia percintaan anak remaja.
Hingga saya memasuki bangku perkuliahan, untuk pertama kalinya saya merasa bahagia karena apa yang saya butuhkan untuk sebuah mimpi itu telah ada di hadapan saya. Saya memiliki sebuah komputer dan tepat dihari pertama komputer itu menghiasi kamar saya, tepat dihari itu pula saya mulai menarikan jari-jari saya, mencoba menuangkan semua ide yang selama bertahun-tahun hanya memenuhi isi kepala saya.
Namun kembali lagi saya merasa impian itu semakin jauh, saya terlalu disibukkan dengan tugas kuliah hingga skripsi yang menguras energi serta tenaga. Saya berhenti menulis sejenak dengan harapan suatu hari nanti pasti akan ada waktu yang lebih panjang yang bisa saya miliki untuk sekedar duduk didepan layar komputer, untuk sekedar menarikan jari-jari saya merangkai kalimat demi kalimat.
Hal yang serupa masih sama terjadi ketika saya benar-benar memiliki begitu banyak waktu untuk menuangkan ide-ide dalam kepala saya. Saya ingin menerbitkan sebuah buku, sebuah cerita yang mampu menginspirasi, sebuah kisah nyata yang sarat makna dengan harapan memiliki kesempatan untuk diangkat ke layar lebar.
Mungkin saya memang orang yang beruntung, doa saya didengar dengan cepat. Entah lewat jalan yang bernama kebetulan atau memang takdir, saya memasuki forum menulis di media jejaring sosial bernama PNBB dengan cara yang misterius, saya berani mengirim pesan kepada pendirinya yaitu pak Heri Cahyo untuk segera mengkonfirmasi permintaan saya menjadi anggota. Sebagai anggota baru pastilah masih penuh dengan berbagai tanda tanya besar hingga sempat pula saya meninggalkan grup itu untuk sementara. Sampai suatu ketika seorang anggota grup itu telah membuat saya merasa iri, kami berteman hanya lewat media jejaring sosial dan pesan singkat di handphone namun terasa kami sudah sangat lama saling mengenal. Dia adalah Vina N Istigfarini, dia telah berhasil menerbitkan buku lewat grup tersebut. Dan saya kembali teringat mimpi saya terdahulu dan berlari secepat yang saya mampu untuk memulainya.
Saya ingin mimpi konyol yang kebanyakan orang hanya akan mencibir itu menjadi sebuah kenyataan. Saya hanya akan menulis untuk sebuah cita-cita yang sempat tertunda karena saya tidak pernah bergerak kearahnya. Dan kini saya hanya akan mendekat sedekat yang saya mampu untuk sekedar meraih mimpi gila saya.
Malang, 17 Mei 2012.

No comments:

Post a Comment