Sunday, July 22, 2012

Hanya Semangat

Sudah memasuki puasa hari ketiga, waktu berjalan dengan sangat cepatnya. Bahkan tidak memberiku waktu untuk sekedar menghela nafas, laksana kereta api yang tanpa bisa berhenti secara tiba-tiba, dialah sang waktu. Aku bukan tipe orang yang suka berandai-andai, namun aku sering melakukannya. Entahlah, mungkin karena aku merasa tak menemukan arah saat sampai pada persimpangan jalan. Masalahnya selalu sama, aku tak yakin untuk memilih yang terbaik diantara banyaknya pilihan yang terbaik.
Mula-mula aku bersemangat, bahkan bersemangat melebihi yang lain. Dengan segudang rancangan hidup yang seakan membuatku tak akan kehabisan ide. Lalu, apa yang selanjutnya terjadi? Aku hanya tidak stabil dalam membagi semangatku, hanya tidak mampu menggunakannya dengan baik.
Semangat adalah rasa dalam hidup, sebuah asa yang tanpa celah, seberkas mimpi yang menggelembung liar di udara. Aku menemukan itu semua baru-baru ini, hanya baru beberapa bulan ini. Sebuah perasaan gila yang seakan menggebu-gebu dengan beragam gambaran aneh lainnya.
Ini hanya tentang aku beserta rumitnya kemauan yang membuncah ruah di dalamnya. Hanya seorang gadis manja yang seakan memiliki kekuatan untuk menaklukkan dunia, keberanian yang cukup menantang.
Ada sebuah kisah yang sungguh hanya mampu membuatku tersipu malu bahkan hampir meneteskan air mata, entahlah, semua terlalu indah untuk hanya aku kenang.
Aku sedang berada pada posisi nol dalam sebuah bidang kartesius, itulah filosofi yang aku gunakan sebagai seorang yang telah menamatkan diri dari sebuah jurusan Matematika.
Ketika aku menyadari posisiku saat ini yang tengah berada pada posisi bawah, aku benar-benar bersyukur. Karena aku masih diberikan kesempatan, sebuah kesempatan untukku meroket, melambung tinggi di udara. Aku hanya terlalu takut untuk bangkit hingga aku membutuhkan sebuah tamparan keras di pipiku, hanya agar aku terbangun dan menghadapi kenyataan hidup yang tengah menantiku.
Aku sudah memikirkan semuanya, tentang rencana-rencana yang ingin aku gapai. Namun lagi-lagi, kegilaanku tentang semangat itu kembali mengganggu. Aku hanya terlalu bersemangat hingga tak mampu mengendalikan diri ketika dihadapkan kembali pada rencana-rencana itu. Aku hanya terlalu penuh dengan asa yang seakan membuatku memimpikan semua hal dalam sekejap.
Aku tidak ingin menyerah, aku sedang belajar menikmatik sensaninya. Bahwa perjalananku masih sangat panjang, terlepas bahwa masih akan ada berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus persimpangan jalan yang akan aku hadapi nanti.
Kini, biarkan saja semuanya terjadi, hanya ambillah sebuah prioritas untuk sebuah tujuan penting. Semua memang penting, namun pasti ada yang lebih penting. Tetap berjalan dan lakukan semua dengan sepenuh hati.

No comments:

Post a Comment